Selain 5 yang diwajibkan oleh pemerintah itu, masih ada imunisasi tambahan lain untuk bayi. Seberapa penting imunisasi tambahan itu?
Menurut Dr. Soedjatmiko, SpA (K),Msi yang merupakan sekretaris satgas imunisasi IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia) dan ahli tumbuh kembang anak FKUI RSCM (Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo), semua vaksin penting karena dibuat dan dikembangkan oleh dokter maupun ahli kesehatan.
"Adanya imunisasi wajib dan tambahan sebetulnya hanya istilah saja karena untuk saat ini, pemerintah baru siap mensubsidi 5 virus pada pelayanan kesehatan. Di negara maju, pemberian imunisasi diberikan semua karena penting. Jadi tidak ada yang paling penting dan tidak penting," katanya saat dihubungiLiputan6.com, Selasa (5/1/2013).
"Istilah imunisasi 'tambahan' di negara kita karena pemerintah belum mampu menyediakan/mensubsidi imunisasi 'tambahan' tersebut. Negara dengan jumlah bayi sedikit dan punya dana banyak, mampu memberikan semua imunisasi gratis," jelasnya.
Seperti tertera di Undang-undang 36 tahun 2009, pasal 130 yang berisi pemerintah wajib memberikan imunisasi lengkap kepada setiap bayi dan anak, maka bayi wajib mendapatkan imunisasi yang sifatnya wajib seperti hepatitis B, BCG (Bacillus Calmette–Guerin, yang merupakan vaksin untuk mencegah penyakit tuberkolosis) , Polio, Campak dan DPT ((Difteri Pertusis Tetanus, vaksinasi tetanus).
Menanggapi mitos yang berkembang masyarakat mengenai kekhawatiran ibu yang cemas divaksin karena malah akan membuat sistem kekebalan tubuh berkurang, Dr. Soedjatmiko menanggapinya.
"Imunisasi justru membuat bayi dan balita lebih kebal terhadap penyait berbahaya yang dapat menyebabkan sakit berat, kematian atau cacat. Banyak penelitian membuktikan kalau banyak bayi dan balita tidak diimunisasi maka akan terjadi sakit berat, wabah, cacat atau kematian," tambahnya.
Seperti yang diutarakan Dr. Soedjatmiko, kalau setiap negara mempunyai pola epidemiologi penyakit yang berbeda, anggaran yang berbeda, sehingga jadwal imunisasi tiap negara disesuaikan pada pola epidemiologi penyakit, budget, ketersediaan vaksin.
Seperti dilansir Babycenter, Selasa (5/1/2013) ada 6 imunisasi 'tambahan' yang sebenarnya juga bermanfaat untuk daya tahan tubuh bayi:
1. MMR (Measles, Mumps, Rubella)
Vaksin MMR terdiri dari tiga vaksin, yaitu campak, gondok dan rubella (campak Jerman).
Campak sudah dikenal dari dulu sebagai penyakit menular yang memiliki gejala seperti ruam, demam, pilek, batuk, dan iritasi mata. Komplikasi akibat campak juga termasuk infeksi telinga, diare, pneumonia, kejang, kerusakan otak, dan kematian.
Lebih dari 500.000 kasus campak setiap tahunnya dilaporkan di Amerika Serikat. Setelah pengenalan vaksin, jumlah kasus campak turun 99,9 persen menjadi sekitar 50 kasus per tahun.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), campak merupakan penyebab utama kematian yang bisa dicegah dengan vaksin pada anak-anak. Namun berkat upaya global untuk memvaksinasi anak-anak terhadap campak, WHO memperkirakan bahwa lebih dari 13 juta jiwa telah diselamatkan.
Sementara itu, gondok adalah infeksi virus yang biasanya menyebabkan demam, sakit kepala, dan radang kelenjar di bawah rahang. Gondok dapat menyebabkan meningitis, ensefalitis, dan (jarang) tuli. Hal ini juga dapat menyebabkan pembengkakan yang menyakitkan pada indung telur.
Dan Rubella atau biasa disebut campak Jerman, ditandai dengan ruam merah merah muda yang dimulai pada wajah, demam ringan, dan pembengkakan kelenjar getah bening.
Jika seorang wanita menderita rubella selama kehamilan, dapat menyebabkan cacat keguguran atau lahir di bayinya, termasuk tuli, masalah mata, kelainan jantung, dan keterbelakangan mental. Vaksin ini pertama kalinya dilakukan pada tahun 1969 hingga saat ini.
Waktu pemberian vaksin MMR lebih baik pada usia 15 bulan dan bisa dilakukan kembali saat anak berusia 6 tahun.
2. Pneumokokus (PCV/Pneumococcal Vaccine)
Vaksin ini sebagian besar menyerang anak-anak di bawah usia 5 dan dapat menyebabkan beberapa penyakit anak terburuk. Infeksi pneumokokus adalah salah satu penyebab paling umum kematian di Amerika Serikat dari penyakit yang dapat dicegah melalui vaksin.
Bakteri pneumokokus ditularkan melalui kontak dekat melalui batuk dan bersin. Gejala pneumokokus biasanya termasuk demam dan menggigil, serta nyeri dada, batuk, sesak napas, napas cepat, denyut jantung yang cepat, kelelahan, dan kelemahan.
Waktu pemberian vaksin ini di usia2, 4, 6 bulan, dan antara 12 hingga 15 bulan.
3. Hib (Haemophilus influenzae)
Vaksin Hib (Haemophilus influenzae type B) bisa melindungi anak Anda terhadap infeksi bakteri parah yang seringkali mempengaruhi bayi dan anak di bawah 5 tahun.
Hal ini dapat menyebabkan epiglotitis (pembengkakan parah pada tenggorokan yang membuat sulit untuk bernapas), pneumonia yang berat, dan bakteri meningitis. Meningitis merupakan infeksi pada selaput yang melindungi otak dan sumsum tulang belakang meningitis.
Waktu pemberian vaksin ini dari usia 2, 4, 6, dan 15 bulan.
4. HPV (Humanpapilloma Virus)
Vaksin yang dibuat untuk mencegah penyakit infeksi menular seks yang dibawa orangtua. Gejala penyakit ini adanya kutil pada sekitar vagina dan vulva, dekat anus dan rektum dalam Anda, pada leher rahim Anda, dan kadang-kadang pada kulit dekat daerah selangkangan.
Waktu pemberian vaksin pada anak biasanya di atas usia 10 tahun dan diberikan 3 kali dengan jadwal 0, 1-2 bulan kemudian, serta 6 bulan kemudian.
5. Tifoid
Vaksin yang disebabkan penyakit tifus ini baik diberikan pada bayi usia 2 tahun, dan diulang setiap 3 tahun.
6. Varisela
Virus penyebab cacar air ini memang tidak wajib diberikan, namun penyakit ini paling umum terjadi pada bayi dan anak. Waktu pemberian yang baik adalah diatas 5 tahun.
(Sumber: http://health.liputan6.com/read/503559/imunisasi-tambahan-untuk-anak-itu-penting-nggak-ya)
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT
Tidak ada komentar:
Posting Komentar